Jumat, 03 Juli 2015

Tampil Cantik dengan scarf dan syal



Barangkali selama ini Anda hanya mengenai cara mengikat scarf (berbentuk segi empat) dan syal (berbentuk memanjang), dari foto-foto selebriti hollywood atau korea. Gaya tersebut biasa diterapkan pada saat musim dingin, karena memang menghangatkan leher. Namun, Tidak selamanya Anda harus menggunakan scarf atau syal pada saat musim dingin. Sekarang penggunaan kedua aksesoris ini sudah menjadi tren di kalangan masyarakat. Dan kini Anda bisa berkreasi dengan scarf dan syal. Berikut ini akan disampaikan artikel Tampil Cantik dengan scarf dan syal


Jumat, 26 Juni 2015

Awas, Jangan Sembarangan Menyisir Rambut



Menyisir rambut merupakan kegiatan yang bisa dibilang kita lakukan setiap harinya. Hal tersebut bisa Anda anggap sederhana. Meski sebetulnya tidak sesederhana yang Anda bayangkan. Ternyata terdapat beberapa aturan dasar dalam menyisir rambut yang seharusnya tidak boleh dilanggar. 

Kamis, 25 Juni 2015

Macam-macam Spons sesuai dengan Fungsinya



Spons biasanya digunakan untuk membantu mengaplikasikan beragam jenis kosmetik misalnya bedak, moisturizer, foundation, atau bisa juga untuk membersihkan sisa make up. Spons make up juga memiliki bahan, bentuk dan kegunaan masing-masing yang berbeda.
  • Spons Berbahan Chenille


Spons paling baik yaitu spons yang terbuat dari bahan chenille (bahan yang sangat lembut dan membal). Biasanya digunakan untuk mengaplikasikan bedak yang sekaligus mengandung foundation (two way cake powder). Spons ini digunakan untuk bagian kening, pipi, dan juga dagu. Ukuran dari spons ini pun beragam, mulai dari yang kecil, sedang hingga yang berukuran besar. Jenis spons dengan ciri bentuk yang padat dan mempunyai pori-pori ini mampu menyerap ait apabila tersentuh two way cake, sehingga bedak tersebut akan berubah terktur menjadi seperti foundation.

Jumat, 19 Juni 2015

Menyisir Penting untuk Kesehatan


Menyisir rambut adalah kegiatan yang terkesan sederhana. Akan tetapi, sesuatu yang sederhana terkadang sangat penting untuk kesehatan.


Selasa, 12 Mei 2015

Kewajiban Berhijab bagi Muslimah

Berhijab bukanlah hal yang bisa ditoleransi atau dinegosiasikan. Kewajiban berhijab sering sekali dikaitkan dengan perkembangan zaman. Percayalah saudariku, berhijab adalah cara terbaik untuk menjaga diri dari maksiat dan juga untuk menghindarkan diri dari objek pandangan kaum adam. Berhijablah seraya kamu melakukan perintah Allah Ta'ala. 


Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul 
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yanga artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya. 

Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan) 
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka. 

Hijab Itu Kesucian 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53) 

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32) 

Hijab Itu Pelindung 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan” 

Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.” 

Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya. 

Hijab Itu Taqwa 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26) 

Hijab Itu Iman 
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31). 

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59) 

Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.” 

Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu) 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” 

Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.” 

Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.” 

Hijab Itu Perasaan Cemburu 
Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.” 

Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi: 

1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat. 2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan. 3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan. 4. Longgar dan tidak sempit atau ketat. 5. Tidak memakai wangi-wangian. 6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir. 7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki. 8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang. 

Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj) 
Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan. 

Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya. 

Kami Dengar Dan Kami Taat 
Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48) 

Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52) 

Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.” 

Dinukil dari Kitab “Al Hijab” Departemen Agama Arab Saudi
Penebit: Darul Qosim P.O. Box 6373 Riyadh 11442
Sumber: http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/untaian-nasehat/apa-lagi-yang-menghalangimu-untuk-berhijab-wahai-saudariku/ 

Senin, 11 Mei 2015

Indonesia Sulit Masuk OPEC Bila Tak Punya Produk

Indonesia berkeinginan kembali masuk sebagai anggota dalam Organization Of Petroleum Exporting Countries. Rencana tersebut dinilai baik oleh Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil. Namun ambisi ini diakui sulit terwujud, mengingat Indonesia menjadi salah satu importir minyak mentah dan bahan bakar minyak terbesar di dunia.
“Kalau kita enggak punya produk, saya pikir sangat sulit buat kita. Tapi kan Indonesia mau masuk sebagai observer itu langkah yang tepat kalau menurut saya. Karena dapat memberi pandangan dan masukan terkait perkembangan produksi maupun harga minyak dunia,” kata Sofyan saat ditemui di kantornya, Senin (11/5/2015).
Namun, menurut Sofyan, mungkin saja Indonesia dapat bergabung kembali sebagai anggota OPEC. Jika Indonesia kembali menemukan cadangan minyak yang baru. Pasalnya, kondisi Indonesia saat ini berbeda karena cadangan minyak bumi semakin menipis.
“Kalau kita dapat minyak baru lagi kenapa tidak. Minyaknya belum kita temukan sekarang. Tuh masih banyak di laut tapi belum ditemukan,” katanya.
Meski demikian, Sofyan menanggapi keinginan tersebut sebagai sesuatu yang positif. Menurut dia, sah-sah saja jika nantinya Indonesia kembali bergabung, meski dalam waktu awal hanya sebagai peninjau.
"Barangkali betul kalau kita duduk dalam forum OPEC, kita bisa memberikan pandangan walaupun kita tidak memproduksi minyak. Itu makai sense juga," kata dia.
Namun, dia mengakui Indonesia memang bukan negara pengekspor minyak karena lndonesia lebih banyak mengimpor dibanding mengekspor.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said berencana mempertimbangkan bergabungnya kembali Indonesia OPEC tahun ini. Pasalnya, pascakeluarnya Indonesia dari keanggotaan OPEC pada 2008 lalu, Indonesia tidak dapat mengikuti dinamika minyak dunia secara penuh.
Sudirman mengatakan Indonesia nantinya akan belajar dengan negara-negara anggota OPEC dalam mekanisme pengadaan minyak. Pasalnya saat ini, pembeli dan penjual minyak di Indonesia memiliki gap yang cukup jauh sehingga tidak ada keuntungan yang didapat.
"Nanti akan jadi one of the biggest buyer. Kalau kita sebagai pembeli jauh-jauh dari penjual kita tidak akan bisa ambil benefit. Tapi kalau kita bergaul dengan mereka, kalau ada event kita ikuti, berdiskusi dengan mereka mengenai arah pasar, maka jika makin dekat dengan market makin baik," tutur dia beberapa waktu lalu.

Kamis, 07 Mei 2015

Menyembunyikan Kebaikan Seperti Halnya Menyembunyikan Keburukan

Ini adalah kisah dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zainal. Ahmad ini pintar, cerdas, tapi kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zainal adalah sahabat yang biasa saja, tapi keadaan orang tuanya mendukung karir masa depan.
Keduanya bertemu. Bertemu di tempat istimewa; koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, pemandangan pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Sungguh indah mempesona.
Zainal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah, necis, perlente, tapi tetap menjaga kesholihannya. Setiap keluar kota, ia menyempatkan singgah di masjid kota yang ia singgah. Untuk memperbaharui wudhu dan sujud syukur. Syukur masih mendapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah sebagai tambahan.
Ia tiba di Puncak, Bogor, mencari masjid. Sembari menepikan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.
Di sanalah ia temukan Ahmad. Terperangah. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak berada, tapi pintar luar biasa.
Zainal tak sangka bila berpuluh tahun kemudian ia temukan Ahmad sebagai merbot masjid.
“Maaf, kamu Ahmad kan? Ahmad kawan Sekolah Menengah, dulu?”.
Yang disapa tak kalah mengenali. Keduanya berpelukan.
“Keren sekali kamu ya Mas… Mantap…”. Zainal terlihat masih dalam keadaan berdasi. Lengan yang digulung untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam ber-merk terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.
Zainal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel, khas merbot. Celana digulung, dan peci 8 dongak hingga jidat lebar terilhat jelas.
“Mad… Ini kartu nama saya…”.
Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wah, keren.”
“Mad, selepas saya shalat, kita bincang ya? Maaf, kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita bincang.
Sambil wudhu, Zainal tak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zainal menyesalkan kondisi negeri ini yang tak berpihak kepada orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.
Air wudhu membasahi wajah… Sekali lagi Zainal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaan ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “Office Boy”.
Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zainal. Tampaknya shalat sunnah. Ya, Zainal sudah menunaikan shalat fardhu di masjid sebelumnya.
Zainal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”.
Zainal menyelesaikan doa secara singkat, ingin segera bincang dengan Ahmad.
“Pak”, tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.
“Iya Mas..?”
“Bapak kenal dengan bapak Insinyur Haji Ahmad…?”
“Insinyur Haji Ahmad…?”
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”
“Itu, yang barusan bincang dengan Bapak…”
“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Sudah haji?”
“Dari dulu sudah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun masjid ini…”.
Kalimat datar yang cukup menampar hati Zainal… sudah haji… dari sebelum bangun masjid ini…
Anak muda tersebut menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah merbot asli di masjid ini. Saya karyawan beliau. Beliau yang bangun masjid ini. Di atas tanah wakaf pribadi. Beliau bangun masjid indah ini sebagai transit bagi siapapun yang hendak shalat. Bapak lihat mall megah di bawah sana? Juga hotel indah di seberangnya? … Itu semua milik beliau… Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh; senang menggantikan posisi saya. Karena suara saya bagus, kadang saya diminta mengaji dan azan saja…”.
Wah, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zainal…
*****
Jika Zainal adalah kita, mungkin saat bertemu kawan lama yang sedang bersihkan toilet, segera beritahu posisi kita, siapa kita yang sebenarnya.
Atau jika kita adalah Ahmad, kawan lama menyangka kita merbot masjid, kita akan menyangkal, lalu menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah bahwa kita adalah pewakaf dan yang membangun masjid.
Kita bukan Haji Ahmad. Ia selamat dari rusaknya nilai amal, tenang, adem. Haji Ahmad merasa tidak perlu menjelaskan. Dan kemudian Allah yang memberitahu siapa sebenarnya. Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukannya.

 Sumber: https://www.facebook.com/KomunitasOneDayOneJuz